Selasa, 14 Juni 2011

Konsep Klinis dalam Paradigma Transpersonal

Latar belakang Transpersonal
Psikologi Transpersonal berakar dan berkembang dari gerakan multidisiplin filsafat, neurobiologi, psikologi & agama. Fenomena transpersonal merupakan faktor assessment individu yang sehat secara psikologis. Transpersonal telah menjadi istilah payung pada pengalaman kesadaran yang melewati batas diri individu.
Pengalaman ini disaring melalui diri individu. Jadi disebutlah trans-personal. Psikologi transpersonal secara utuh mengakui dan menyertai penemuan-penemuan psikiatri, behaviorisme, psikologi perkembangan serta menambahkan insight-insight lebih dalam, pengalaman eksistensial dan dimensi spiritual dari manusia diawali dari ilmu psikiatri berakhir dengan ilmu tasawuf.

Sejarah Psikologi Transpersonal
Di penghujung tahun 1960 dan permulaan tahun 1970 pintu-pintu gerbang antara Barat dan Timur mulai terbuka lebar. Beragam tradisi dan budaya Timur yang eksotis mulai mendapat perhatian orang-orang Barat, yang sedang mengalami kejenuhan dan rasa frustasi yang mendalam. Krisis-krisis kemanusiaan yang melanda dunia Barat ini, kemudian dicoba dicari akar masalahnya, dan sebagian menuduh arah atau orientasi peradaban yang terlampau materialis yang nantinya menjadi penyebabnya. Alih-alih menggali akar tradisi spritualnya sendiri yakni tradisi Judeo-Kristiani mereka malah ramai-ramai menoleh ke belahan Timur, terutama negeri India demi memuaskan dahaga spiritualnya.
Agama dan filsafat India, memang menawarkan kekayaan yang luar biasa. Di negeri ini, Tradisi filsafat India yang kaya, telah melahirkan spektrum aliran filsafat, mulai dari materialisme ekstrim, seperti halnya ajaran Rsi Ajagara sampai dengan idealisme ekstrem, dari monisme absolute kemudian dualism hingga pluralisme. Tradisi filsafat india ini menawarkan beragam pendekatan yang canggih terhadap struktur manusia, meski kadang tampak saling bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Tradisi-tradisi Timur ini, mulai dari tradisi Vedanta, Yoga, Buddhisme, dan Taoisme lebih menyerupai psikoterapi daripada suatu agama dan filsafat. Ini dikarenakan penekanan yang kental terhadap pengaturan aspek-aspek fisik dan psikis dari tradisi Timur dalam transformasi kesadaran manusia.
Kebangkitan spiritualisme baru atau New Age di Barat, tidak hanya mengantarkan orang-orangnya pada tradisi Timur jauh yang eksotis, tapi juga tradisi kesukuan lainnya atau tribalisme, semacam tradisi Amerika asli (Indian). Orang-orang Barat, terutama generasi mudanya mulai melakukan gerakan kontra kultural, yang melahirkan flower generation.Mereka hidup dan berperilaku seperti suku-suku primitif, kadang dengan sengaja, berkelompok pergi ke daerah-daerah pinggiran dan hutan dengan berpakaian seadanya, dan nyaris telanjang. Imbas dari gerakan ini, juga mengantarkan banyak generasi muda Amerika kepada pengalaman-pengalaman trance, melalui tarian dan nyanyian serta obat-obatan psikedelik semacam morfin, LSD, mari­yuana dan ganja. Ini adalah sekelumit kisah, bagaimana terjadinya sebuah perubahan kesadaran:
“Selama beberapa bulan setelah aku menggunakan LSD untuk pertama kalinya, aku yakin telah menemukan rahasia alam semesta. Aku juga reinkarnasi dari sekaligus Buddha dan Kristus. Kitab suciku setebal 47 halaman, hasil diskusiku dengan arwah orang-orang suci, kuharapkan bisa mempersatukan bangsa-bangsa seluruh dunia dalam proyek membangun masyarakat baru.”
Cerita di atas adalah pengalaman David Lukoff, tatakala dirinya bersentuhan dengan kesadaran di luar kebiasaan, saat mengalami trance akibat pengaruh LSD.Dia bersama Francis Lu dan Robert Turner kemudian memelopori sebuah gerakan baru dalam bidang psikiatri, yang melihat psikosis tidak hanya dari perspektif biomedis semata. Mereka berusaha memahami jiwa manusia dengan membuka diri pada pengalaman spiritual. Memang ada banyak cerita mengenai bagaimana kuatnya intensitas pengalaman dari seseorang yang terpengaruh obat-obatan tersebut. Sehingga mereka merasa yakin benar, vonis psikosis menurut aliran psikologi saat itu, tidaklah benar.
Pengalaman spritual yang dalam psikonalisa dianggap sebagai pengalaman masa kecil yang traumatis, terutama pengaruh ibu yang menderita kecemasan. Orang dikatakan gila karena represi pengalaman traumatis tersebut dalam alam tak sadarnya. Sehingga beberapa pelopor gerakan New Age, menolak pendekatan psikonalisa dan pendekatan lain yang memandang rendah dan negatif pengalaman-pengalaman spiritual, sebagai akibat perubahan kondisi kesadaran (Altered States of Consciousness). Mereka mendesak diakuinya angkatan keempat dalam bidang psikologi, yakni transpersonal.
Istilah transpersonal sendiri pertama kalinya dipakai oleh Carl Gustav Jung dalam bahasa Jerman, yakni “uberpersnolich” (transpersonal) yang artinya kurang lebih sama dengan collective unconscious. Yakni bentuk ketidaksadaran kolektif yang dimiliki oleh semua orang dari berbagai ras yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dalam ketidaksadaran kolektif terdapat ribuan arketif, seperti ide tentang Tuhan, anima, animus, arketif Diri dll, yang beberapa di antaranya berkaitan dengan pengalaman-pengalaman spiritual.
Psikologi transpersonal sebagai kekuatan atau mazhab keempat dalam bidang psikologi itu sendiri dideklarasikan oleh Abraham Maslow. Di tahun 1968, ia mengatakan, “Saya melihat, psikologi humanistik sebagai angkatan ketiga psikologi sedang mengalami transisi, sedang mengalami persiapan menuju psikologi angakatan keempat yang lebih tinggi, transpersonal, transhuman, yang lebih berpusat kepada kosmos dari pada terhadap kebutuhan manusia, melewati kemanusiaan, identitas, aktualisasi diri dan semacamnya.” Maslow menemukan bahwa aktualisasi diri pada beberapa orang memiliki frekuensi puncak atau transendensi, dan pada beberapa orang lagi tidak. Ini menegaskan suatu perbedaaan antara aktualisasi diri dan transendensi diri. Inilah alasaan mengapa ada suatu pergerakan dari psikologi humanistik ke psikologi transpersonal. Ada dua buku Maslow yang membahas masalah ini, yakni Toward a Psychologhy of Being (1968) dan The Farther Reaches of Human Nature (1971).
Gagasan dasar dari psikologi transpersonal adalah dengan mencoba melihat manusia selaras pandangan religius, yakni sebagai makhluk yang memiliki potensi spiritual. Jika psikoanalisis melihat manusia sebagai sosok negatif yang dijejali oleh pengalaman traumatis masa kecil, behaviorisme melihat manusia layaknya binatang, humanistik bepijak atas pandangan manusia yang sehat secara mental, maka psikologi transpersonal melihat semua manusia memiliki aspek spiritual, yang bersifat ketuhanan.
Ada sekian banyak definisi yang diajukan untuk psikologi transpersonal ini. Secara etimologi, transpersonal sendiri berakar dari kata trans dan personal. Trans artinya di atas (beyond, over) dan personal adalah diri. Sehingga dapatlah dikatakan bahwa transpersonal membahas atau mengkaji pengalaman di luar atau batas diri, seperti halnya pengalaman-pengalaman spiritual. Di tahun 1992, setelah melakukan penelahan atas kurang lebih 40 definisi, maka Lajoie dan Saphiro, dua orang pionir utama psikologi transpersonal, merangkum dan merumuskan pengertian psikologi transpersonal yang lebih sesuai untuk kondisi saat ini:
Transpersonal psychology is concerned with the study of humanity’s highest potential, and with the recognition, understanding, and realization of unitive, spiritual, and transcendent states of consciousness.
Psikologi transpersonal mempunyai perhatian terhadap studi potensial tertinggi umat manusia dan dengan pengakuan, pemahaman dan perealisasian keadaan-keadaan kesadaran yang mempersatukan, spiritual dan transenden.
Transformasi kesadaran merupakan tinjauan pokok dari psikologi transpersonal, yakni studi mengenai pengalaman-pengalaman yang mendalam, perasaan keterhubungan dengan pusat kesadaran semesta, dan penyatuan dengan alam. Ada kesepakatan umum dari para tokoh cabang psikologi ini, untuk tidak mengidentikkan mazhab ini dengan keagamaan secara formal. Psikologi transpersonal bukanlah agama, bukan ideologi, dan bukan juga metafisika.
Tapi definisi ini tidak mengakomodasi kepentingan orang-orang yang berhubungan dan mengklaim diri sebagai pengikut mazhab transpersonal, sehingga mau tidak mau kita harus membagi mazhab transpersonal ini juga dalam empat cabang. Kelompok pertama adalah kelompok mistis-magis. Menurut kelompok ini kesadaran transpersonal bersesuaian dengan kesadaran para dukun dan shaman masa lalu. Pandangan ini dianut oleh para aktivis New Age, dan salah satunya gerakan teosofi yang dipimpin oleh Helena Blavatsky. Seringkali romantisme dari kelompok ini menyulitkannya untuk berinteraksi dengan arus utama psikologi.
Kelompok kedua adalah kelompok tingkat kesadaran alternatif yang biasanya menolak konsep-konsep perkembangan, tahap-tahap dan praktik peningkatan kesadaran. Mereka lebih suka meneliti keadaan kesadaran sementara secara psiko-fisiologis dengan memelajari keadaan-keadaan fisik seseorang yang berada dalam keadaan transpersonal. Kelompok ini bersama kelompok ekoprimitivisme menganjurkan penggunaan media (seperti zat-zat kimia atau psikotropika) untuk pencapaian keasadaran transpersonal. Tokoh yang cukup penting dalam kelompok ini adalah Stanislav Grof yang menggunakan LSD untuk psikoterapinya. Setelah penggunaan LSD dilarang pemerintah, Grof kemudian menggunakan teknik pernapasan (pranayama) dari tradisi Timur, yang disebutnya sebagai Holotrophic Breathwork.
Kelompok ketiga, kelompok transpersonalis posmodern. Mereka menganggap keasadaran transpersonal, sebenarnya merupakan keadaan yang biasa. Kita, manusia modern, menganggapnya seolah luar biasa, karena kita membuang kondisi kesadaran seperti ini. Kelompok ini menerima kisah-kisah para dukun shamanisme dan mistikus dalam semangat relativisme pluralistik. Mereka justru mengecam filsafat perennial yang mengungkapkan pengalaman mistik sebagai totaliter dan fasistik karena mengagungkan hierarki.
Kelompok psikologi transpersonal yang keempat adalah kelompok integral. Kelompok ini menerima hampir semua fenomena kesadaran yang diteliti oleh ketiga kelompok tadi. Yang berbeda, kelompok ini juga menerima konsep-konsep psikologi transpersonal dari aliran pramodern dan posmodern. Salah seorang tokohnya adalah Ken Wilber. Helena Blavastky, yang berada pada kelompok yang pertama, misalnya, mengharuskan para anggotanya untuk tidak memiliki kecenderungan kepada agama tertentu.

YANG DIPELAJARI DALAM TRANSPERSONAL
Psikologi transpersonal mempelajari dan menghormati seluruh pandangan-pandangan terhadap pengalaman manusia termasuk bermacam tingkat dan alam psikis yang menjadi manifes dalam tingkat kesadaran yang tidak biasa (Non-ordinary states of consciousness)/NOSC:
1.      Pengalaman dan observasi  meditasi serta bentuk lain dari praktek spiritual yang sistematik.
2.      kagairahan, antusiasme, kenikmatan batin secara spontan
3.      krisis psikospiritual (spiritual emergensi)
4.      hipnosis, psikoterapi eksperensial dan situasi mendekati kematian.

Psikoterapi dalam Transpersonal
Psikoterapi mempunyai pengertian terapi yang diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan mental dan emosi, yang dilakukan dengan instrumen psikologi. Menurut Boorstein (1996): Psikoterapi transpersonal adalah terapi yang didapat dari perspektif transpersonal yang mengenali nilai dan validitas dari pengalaman dan perkembangan transpersonal. Kemudian menurut Cortright (1997). Psikoterapi transpersonal dapat dipahami sebagai peleburan dari tradisi-tradisi spiritual dan kajian psikologi modern.Rowan (1996). Psikoterapi transpersonal memiliki tempat bagi semua hal yang normal, seperti yang dilakukan oleh psikoterapi lain, namun juga memberi tempat pada spiritualitas.
            Terapi yang diberikan mempunyai banyak variasi, dengan menginduk kepada teori psikologi tertentu. Ambil contoh untuk psikoterapi analitis, sejenis terapi yang diberikan yang merujuk kepada teori psikoanalisa. Dalam pandangan psikoanalisa, gangguan kepribadian atau mental terjadi karena setiap orang memiliki semacam mekanisme pertahanan diri. Salah satu mekanisme tersebut ialah represi, yakni membawa ke pikiran bawah sadar (unconsciousness) berbagai pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan dan traumatis.Inilah yang menyebabkan gangguan kepribadian. Seorang ahli psikoterapi, jika merujuk teori ini, akan berusaha mengangkat kembali ke alam sadar, trauma dan pengalaman yang direpresi ke bawah sadar. Terapi seperti ini dinamakan asosiasi bebas. Si pasien di buat relaks, terkadang dihipnotis, dan dibiarkan bicara segala hal yang ada di pikirannya. Dari ucapan-ucapannya tersebut, seorang terapis akan menentukan motif-motif bawah sadarnya.
            Landasan psikoterapi transpersonal adalah bagaimana memandang klien sebagai mahluk yang mempunyai potensi kesadaran spiritual, dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan semesta.Dalam tataran praktisnya, proses gangguan mental, lebih diakibatkan faktor internal dalam dirinya yang tidak bisa menempatkan diri dalam bagian keseluruhan tersebut. Dalam beberapa metode, jenis terapi yang diberikan ada beberapa kesamaan dengan psikoterapi humanistik.
            Konsep bahwa manusia menerapkan bagian yang tak terpisahkan dari semesta secara keseluruhan sangat kuat dalam pandangan mistik Timur. Dalam agama hindu, kita mengenal konsep Hiranyagarbha, sebagai pikiran universal yang menjadi basis penciptaan dunia. Sehingga dengan mencoba menghubungkan dan menjernihkan pikiran kita dalam pikiran Brahman, dengan sendirinya potensi spiritual kita akan tergali.
            Dengan kata lain, jika dalam psikologi modern, terapi yang diberikan akan bersinggungan dengan biomedis, dalam psikologi transpersonal, terapi yang dikembangkan akan berhubungan dengan ritual-ritual yang dijalankan dalam tradisi-tradisi keagamaan. Cara pandang yang holistik, terutama dari mistik Timur, pada akhirnya membawa siginifikansi akan adanya pengaruh yang sangat kuat antara tubuh, pikiran dan jiwa. Apa yang memanifetasi dalam tubuh fisik, sebenarnya gambaran keadaan tubuh mentalnya. Demikian juga sebaliknya, gangguan fisik yang terjadi seringkali memengaruhi kondisi mental seseorang.
            Dari sini kemudian penurunan lebih lanjut dari terapi dalam psikologi transpersonal adalah bagaimana agar si pasien bisa menyadari kondisi dirinya sendiri, kondisi pikiran dan tubuhnya. Langkah penyadaran diri ini ditempuh dengan pertama kali seorang klien mengidentifikasi proses dan mekanisme di dalam tubunya secara sadar. Terapi seperti ini dinamakan biofeedback.
            Pada daerah-daerah tertentu dipasang sensor elektronik, misalnya pada otot-otot tubuh. Sinyal elektronik ini diamplikasi menjadi bunyi atau nyala lampu, sehingga klien bisa melihat dan mendengar perubahan-perubahan yang terjadi, baik dalam kondisi normal ataupun abnormal, manakala ia memberikan semacam perubahan dalam proses fisiologi internal dirinya. Dalam beberapa penelitian, terbukti biofeedback sangat efektif untuk tujuan relaksasi tubuh. Menurunkan tingkat stress, dan gangguan-ganguan psikosomatis. Jantung berdebar, napas tidak teratur, tekanan darah tinggi adalah jenis-jensi penyakit psikosomatis yang berhasil disembuhkan dengan terapi ini.
            Jenis terapi lainnya dengan tujuan yang sama, untuk relaksasi, ialah meditasi. Tentunya ada beberapa tingkatan meditasi, mulai dari hanya mengatur irama napas, sampai kepada meditasi tingkat tinggi yang membuka kesadaran-kesadaran di luar kondisi normal (altered states of consciousness). Ada juga terapi medan energi, seperti chikung, chakara, aura, yang merupakan badan energi atau benda mental yang juga sekaligus menggambarkan kondisi kesehatan mental seseorang.
            Biofeedback dan meditasi adalah jenis-jenis psikoterapi yang sangat umum dipakai oleh para ahli psikologi transpersonal.Tapi ada kecenderungan belakangan ini, terapi yang dipakai sudah agak meluas. Misalnya di Anand Ashram, selain meditasi dan yoga, juga dibarengi dengan terapi menggunakan musik, terutama musik-musik religius, wangi-wangian (aromaterapi) dan visualisasi. Bahkan lebih jauh lagi, teknik-tenik yang biasa digunakan oleh para mistikus dari agama-agama lainnya, juga digunakan untuk terapi mental, seperti zikir, bacaan Kitab Suci, mantra, doa dll.
            Psikoterapi transpersonal tidak dapat didefinisikan dengan teknik. Namun bagi semua teknik bisa menjadi transpersonal setelah diberi kerangka transpersonal.
            Perspektif lebih besar pada psikoterapi transpersonal menjadikannya tidak dibatasi oleh pendekatan yang spesifik, namun dapat disesuaikan dengan cara mencocokkan beragam variasi teknik. Beberapa teknik yang mungkin dapat dipraktekkan adalah: interpretasi, refleksi, memfokuskan, penjelajahan kognisi, konfrontasi, bermain peran, guided imagery, dreamwork, olah tubuh/bodywork (seperti bioenergetik, kesadaran indrawi, yoga, tai chi, aikido, biofeedback, dll.), olah nafas (breathwork).   
            Psikoterapis merupakan orang yang berurusan dengan perihal pengentasan terhadap penderitaan emosional. Penderitaan muncul dari kesulitan-kesulitan yang tersamar seperti stres, kecemasan, depresi, masalah perilaku, konflik interpersonal, kebingungan, dan putus asa (Germer, 2005).
            Menurut Rowan (1993) serta Kasprow dan Scotton (1999) pada orang sehat perubahan kesadaran dapat melahirkan kualitas manusia tertinggi, seperti altrusime, kreativitas, intuisi, inner voice, dan peak experience. Bagi individu yang kurang berkembang egonya, pengalaman-pengalaman perubahan kesadarannya mirip dengan psikosis. Artinya, kondisi transpersonal kelihatan mirip dengan psikosis. Berkaitan dengan terapi, psikologi transpersonal tidak menolak terapi-terapi yang sudah ada. Tetapi menambahkannya dengan terapi yang menggunakan latihan perubahan kesadaran, seperti: hypnosis, meditasi, dan guided imagery (Rowan, 1993; Kasprow & Scotton, 1999).  Sementara menurut Davis (2005) psikoterapi transpersonal adalah betul-betul eklektik, penggambaran dari teknik-teknik dan pemahaman dari  variasi psikologi yang luas dan  sumber-sumber spiritual. Psikoterapi transpersonal berhadapan dengan permasalahan psikologis dengan cakupan yang luas dan penggunaan teknik-teknik yang luas pula, di antaranya adalah modifikasi perilaku, restrukturisasi kognitif, praktek Gestalt, psikodinamika, dream-work, terapi musik dan seni, serta meditasi.  Dengan berbagai kombinasi teknik-teknik kesadaran, maka sangat berpeluang untuk dibangunnya hal-hal baru. Beberapa terapis transpersonal berikut membuktikan anggapan ini.
            Segall (2005) mengeksplorasi konsep dan teknik mindfulness (meditasi dari Budhisme) bagi pengembangan diri dalam psikoterapi pada konteks psikologi klinis Barat.Judith Blackstone (2006) mengembangkan teknik intersubjektif dan nondualitas (nonduality) dalam hubungan psikoterapeutik. Blackstone mengembangkan metode Proses Realisasi (Realization Process) untuk membantu klien dalam mengalami kesadaran nondual dalam seting klinis.
            Asha Clinton (2006) memperkenalkan metode Seemorg Matrix Work sebagai psikoterapi transpersonal energi baru. Baik secara teoritis maupun metodologis, dasar dari Seemorg adalah sintesa dari pendekatan spiritualitas Timur, psikologi Barat, dan psikoneuroimunologi. Seemorg diperoleh dari konsepsi ketuhanan manusia yang merupakan inti dari ajaran Hinduisme, gagasan realitas archetypal dan struktur psyche (dari psikologi analitik), filsafat Platonik, serta aplikasi interrelasi antara semua bagian dan tingkatan manusia baik dari psikoneuroimunologi maupun Buddhisme.

            Rowan (1998) mencoba mengintegrasikan konsep resonansi, experiential listening, countertransference, menjadi satu (being aligned), bekerja dalam hubungan yang dalam (working at relational depth), the four- dimensional state, penyatuan hubungan I-Me (the unifying I-Me relationship), inklusi (inclusion), membayangkan hal yang nyata (imagining the real) dan melding merupakan fenomena linking.
Rowan (2000) juga menggunakan meditasi, spiritual bibliotherapy, serta latihan- latihan tambahan seperti holotropic breathwork, LSD, hipnosis, yoga, visualisasi, dan psikodrama.

KONSEP DASAR
            Psikologi transpersonal menguji beberapa konsep, beberapa di antaranya adalah pengalaman puncak, self-transcendence, optimal mental health, spiritual emergence, developmental spectrum, dan meditasi.
            Topik kesadaran, perubahan kesadaran, meditasi, kebangkitan spiritual, spektrum per-kembangan, flow, psikologi dan energi, psikosintesis, serta psikoterapi transpersonal.

TINGKAT KESADARAN
Berkaitan dengan tingkatan kesadaran (level of consciousness), salah satu teori tingkat kesadaran adalah teori gelombang otak (brainwave). Electroencephalogram (EEG) yang merupakan suatu mesin yang mengukur dan merekam aktivitas otak manusia. Aktivitas EEG berkaitan dengan amplitudo dan frekuensi, dimana dalam frekuensi, EEG dapat dibedakan menjadi gelombang beta (13-30 Hz), gelombang alpha (8-13 Hz), gelombang theta (4-7 Hz), dan gelombang delta (0.5-4 Hz).
Keadaan beta adalah keadaan yang sadar, atau pada saat perhatian kita terbagi. Dalam keadaan  ini, seseorang menjadi sangat logis, analitis, dan aktif. Suatu keadaan untuk melakukan banyak hal dan disertai dengan stres yang bisa jadi makin menguat.
Keadaan alpha berkaitan dengan keadaan relaks dan tanpa stres. Keadaan ini juga merupakan  pembuka jalan menuju kekuatan bawah sadar yang besarnya adalah 88% yang jarang atau tidak  pernah kita gunakan dalam kesadaran. Dalam keadaan alpha, konsentrasi seseorang menjadi terpusat, karena hanya berpikir tentang satu hal pada suatu saat. Ketika seseorang berpikir dua hal secara  bersamaan, maka ia tidak lagi berada dalam keadaan alpha, namun dalam keadaan beta.
Keadaan  theta  adalah  keadaan  dimana  pikiran  menjadi  kreatif  dan  inspiratif. Kreativitas  sejati dan penyembuhan yang hebat ada pada keadaan ini. Keadaan theta adalah juga keadaan dimana seseorang bermimpi yang ditandai dengan pergerakan mata yang cepat (REM rapid eye movement) dan dalam keadaan tertutup. Selain itu, keadaan gelombang theta adalah keadaan yang sangat sugestif dan  sangat menyehatkan. Suatu keadaan meditatif yang banyak dicari di tempat-tempat yang tinggi di Tibet  oleh para yogi dan maharishi.
Keadaan delta adalah keadaan pada saat kita sedang tidur nyenyak tanpa mimpi. Keadaan tidur nyenyak (deep sleep) ini adalah keadaan penyembuhan dan peremajaan sel tubuh. Ketika sakit, seseorang tidur lebih banyak karena tubuh berusaha menyembuhkan diri sendiri (MacGregor, 2001).
Dalam tradisi India dikenal pula dengan tingkat kesadaran yang dikenal dengan Chakra Yoga, yang meliputi tujuh tingkatan (Rowan, 1993):
1.  tingkat dasar (bagian yang disebut sebagai body)
2.  tingat seksual (bagian dari body)
3.  tingkat enerji aktif (bagian ketiga dari body)
4.  tingkat hati (dikenal sebagai emosi)
5.  tingkat tenggorokan (komunikasi atau dikenal sebagai intelektual)
6.  tingkatan mata ketiga (tingkatan jiwa/soul)
7.  seribu mahkota bunga teratai (tingkat spirit) sebagai individu dan sebagai anggota suatu budaya.

Beberapa Konsep Dasar
Psikologi transpersonal menguji beberapa konsep, beberapa di antaranya adalah (Walsh & Vaughan, 1993 dalam Davis, 2004): pengalaman puncak, self-transcendence, optimal  mental  health,  spiritual  emergence,  developmental  spectrum, meditasi, kesadaran, perubahan kesadaran, flow, psikologi dan energi, psikosintesis, serta psikoterapi transpersonal.

Chakra Yoga
Sementara itu, Huston Smith (dalam Kazlev, 2004) lebih mengacu pada empat tingkatan yang  menyinggung  baik mikrokosmos (manusia  sebagai individu) maupun makrokosmos (alam semesta dan realitas secara keseluruhan):
1.      Spirit/Infinite : tidak terbatas.
2.      Soul/Celestial : surgawi.
3.      Mind/Intermediate : dunia dalam semua aspek yang tidak kelihatan (invisible): pikiran dan prinsip-prinsip vital.
4.      Body/Terrestrial : dunia yang kelihatan (visible): ruang, waktu dan keadaan (matter).
Altered      state     of consciousness  (ASC)  atau  kesadaran  yang  berubah  adalah koneksi antara kesadaran dan bawah sadar. Koneksi ini dengan sendirinya akan mengarah menjadi keadaan bawah  sadar (Green, 2001). Atau, dalam pengukuran EEG seseorang yang melakukan meditasi adalah koneksi antara keadaan beta menjadi keadaan alpha atau theta (Johnston, 1993 dalam Rychlak, 1997).
Suatu altered state of consciousness (ASC) dapat hadir secara mendadak dalam kondisi  demam,  kekurangan tidur, kondisi lapar, kekurangan oksigen, pembiusan atau trauma kecelakaan. Secara intensif, ASC dapat juga dicapai melalui hypnosis, meditasi, berdoa, yoga atau dzikir.  Kadang-kadang ASC juga dapat dicapai melalui penggunaan obat-obatan, racun tanaman ataupun zat psikoaktif seperti LSD, 2C-I, peyote, marijuana, mescaline,   datura   (Jimson   weed),   dan   alkohol   (Wikipedia   encyclopedia,   2005). Sementara menurut Rychlak (1997) ASC dapat dicapai melalui hypnosis, lucid dreaming, channeling, dan meditasi. Juga, trance dan kesurupan (Suryani & Jensen, 1993).

Kriteria Pengalaman untuk Mendeteksi ASC
1.      EXTEROCEPTION (mengindra dunia luar)
Perubahan beragam pengindraan yang dicirikan dengan persepsi terhadap dunia, cahaya yang bersinar pada tepi benda-benda dan perhatian atau aksentuasi pada kedalaman visual.
2.      INTEROCEPTION (merasakan tubuh)
Perubahan dalam mempersepsi citra tubuh (body image), baik bentuk atau ukuran Perubahan dalam  mendeteksi parameter  fisiologis seperti akselerasi atau perlambatan detak jantung, pernafasan, otot, dan getaran.
Persepsi  kekinian  terhadap  perasaan  tubuh  yang  bersifat  khusus  dan  tidak  seperti biasanya, seperti  perasaan adanya energi dalam tubuh, secara umum atau pada tempat- tempat tertentu, seperti pada punggung; perubahan kualitas energi yang mengalir di tubuh, dapat secara intensitas, fokus atau menyebar.
3.      INPUT-PROCESSING (melihat stimuli yang bermakna)
Pengindraan yang menggairahkan, terlibat, dan dengan kenikmatan penguatan atau penurunan intensitas pengindraan, perubahan dominasi tingkatan interaksi pada beragam modalitas indra, Ilusi, halusinasi, persepsi terhadap  pola-pola  dan benda-benda yang  bertentangan  dan tidak sama dengan yang diketahui sehari-hari.
4.      EMOTIONS (emosi-emosi)
Perubahan dalam respons-respons emosi seperti: menjadi terlalu  responsive, kurang responsive, tidak  responsive, dan responsive namun dengan cara yang sangat berbeda.
5.      MEMORY (ingatan)
Perubahan dalam kontinuitas ingatan yang berlebihan; salah satu dari perasaan implisit dimana kontinuitas adalah kekinian atau suatu pemeriksaan eksplisit dari ingatan yang menunjukkan pengalaman  kekinian yang menjadi konsisten dengan ingatan yang memastikan kekinian, dengan kesenjangan-kesenjangan mengesankan adanya perubahan kesadaran atau pemeriksaan hal-hal yang rinci pada persepsi lingkungan (eksternal atau internal terhadap ingatan-ingatan dari bagaimana seharusnya mendeteksi ketidaksesuaian.
6.      TIME SENSE (perasaan terhadap waktu)
Perasaan tidak biasa tentang here-and-nowness (di sini dan sekarang) Perasaan terhadap waktu yang melambat atau semakin cepat. Perasaan terhadap orientasi masa lalu dan masa depan, tanpa  memperhatikan hubungannya dengan masa kini. Perasaan kualitas waktu yang bersifat archetypal pengalaman yang bukan keduniawian.
7.      SENSE OF IDENTITY (perasaan terhadap identitas)
Perasaan terhadap identitas yang tidak biasa seperti Keterasingan, tidak terpengaruh, perspektif identitas  atau identitas-identitas  yang tidak biasa.



8.      EVALUATION AND COGNITIVE PROCESSING (pemrosesan evaluasi dan kognisi)
Perubahan tingkatan berpikir, Perubahan kualitas berpikir, semakin tajam, Perubahan kaidah-kaidah logika (jika dibandingkan dengan kaidah-kaidah umum dalam ingatan).
9.      MOTOR OUTPUT
Perubahan kontrol diri secara umum atau secara kualitas, Perubahan citra tubuh, cara tubuh merasakan ketika bergerak, sinyal umpan balik yang memandu tindakan, Kegelisahan, tremor, kelumpuhan sebagian.
10.  INTERACTION WITH THE ENVIRONMENT (interaksi dengan lingkungan)
            Tindakan yang merupakan perilaku yang tidak biasa, ketidaksesuaian sebagai konsekuensi hasil dari perilaku yang bersifat segera atau lebih lama. Perubahan dalam  antisipasi  sebagai  konsekuensi  dari perilaku spesifik (dapat berupa praperilaku atau belajar dari pengamatan, Perubahan dalam kualitas suara, Perubahan dalam  merasakan tingkat orientasi atau kontak dengan segera terhadap lingkungan, Perubahan dalam keterlibatan vs keterlepasan dengan lingkungan, Perubahan dalam komunikasi dengan orang lain menjadi  tidak cocok atau terjadi  perubahan dalam pola komunikasi.

PANDANGAN FRANKL
            Pandangan Frankl tentang kesehatan psikologi menenkankan pentingnya kemauan akan arti. Frankl adalah psikiatri yang mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia di samping dimensi ragawi dan jiwa, serta beranggpan bahwa makna hidup ( the meaning of life ) dan hasrat untuk hidup bermakna ( the will to meaning ) merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna ( the meaningful life ) yang didambakannya yang harus diraih oleh setiap orang.
Menurutnya Orang yang sehat selalu memperjuangkan tujuan yang memberikan arti bagi kehidupan. Suatu kepribadian yang sehat mengandung tingkat tegangan tertentu antara apa yang telah dicapai atau diselesaikan, suatu jurang pemisah antara siapa kita dan bagaimana sehausnya kita. Jurang pemisah ini berarti bahwa orang-orang sehat selalu memperjuangkan tujuan yang memberikan arti bagi kehidupan. Orang-orang ini terus berhadapan dengan tantangan untuk memperoleh maksud baru yang harus dipenuhi. Kehidupan yang tidak memiliki arti, kita tidak memiliki alasan untuk meneruskan kehidupan.
Frankl mengintegrasikan fenomena spiritualitas dalam sistem psikofisik dan kepribadian manusia serta memanfaatkannya dalam metode psikoterapi. Ia pun menunjukkan bahwa spiritualitas adalah dimensi penting dalam eksistensi manusia disamping ragawi, kejiwaan, dan sosil budaya. Manusia seutuhnya dalam pandangan Logoterapi adalah unitas bio-psiko-sosikultural-spiritual.
Frankl dalam logoterapinya mengakui manusia sebagai makhluk yang memiliki kebebasan berkehendak sadar diri, dan mampu menentukan apa yang terbaik bagi dirinya sesuai julukan kehormatan bagi manusia sebagi the self detemning being.
Logoterapi menekankan pentingnya penemukan makna pada setiap kejadian yang dialami, dan bukan diberikan oleh pihak lain. Hal ini juga berlaku pada keimanan, harapan, dan cinta, semua itu tidak bisa ditawarkan oleh suatu kehendak baik diri kita sendirin maupun orang lain.makna adalah fenomena yang murni bersifat persepsual.
Dalam kesehatan psikologis, logoterapi menekankan pentingnya ‘kemauan akan arti’, memposulatkan kehendak untuk makna sebagai sumber utama motivasi pada manusia, menggunakan jiwa dan pikiran untuk menciptakan keseimbangan dan kesehatan jiwa.

Kekurangan arti dalam kehidupan, bagi frankl, merupakan suatu neurosis; dia menyebut kondisi ini noogenic neurosis. Inilah suatu keadaan yang bercirikan tanpa arti, tanpa maksud. Orang yang tidak merasakan kehidupan yang penuh dan gairah, maka orang semacam ini berada dalam kekosongan eksistensial (existential vacuum).
Logoterapi mencakup tiga arti yaitu sebagai arti eskistensi manusia, sebagai kebutuhan manusia akan arti, dan teknik terapi khusus untuk menemukan arti dalam kehidupan.
Frankl percaya bahwa hakikat eksistensi manusia terdiri atas tiga faktor yang saling berkaitan, yaitu spiritualitas, kebebasan, dan tanggung jawab. Spiritualitas merupakan sesuatu di luar kehidupan materi, dapat dipengaruhi oleh dunia material, tetapi tidak dihasilkan atau disebabkan oleh dunia material. Hal ini perlu diakui eksistensinya dalam diri manusia. Kebebasan berkaitan dengan kapasitas spiritual kita yang tidak terbatas seperti dunia material. Frankl menegaskan bahwa kita tidak didikte oleh faktor nonspiritual (insting, faktor bawaan lahir, kondisi lingkungan). Kita memiliki, dan harus menggunakan kebebasan kita untuk memilih bagaimana kita akan bertingkah laku sesuai dengan kriteria jiwa yang sehat. Tanggung jawab merupakan konsekuensi dari pilihan bebas. Kita tidak cukup bila hanya merasa bebas untuk memilih tingkah laku, tetapi harus menerima tanggung jawab atas pilihan kita.

PANDANGAN MASLOW
            Maslow mengungkapkan bahwasanya manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal yang tersusun dalam suatu tingkat, dari yang paling kuat sampai ke yang paling lemah. Kebutuhan yang paling rendah dan kuat harus dipuaskan sebelum muncul kebutuhan tingkat kedua dan seterusnya sampai muncul kebutuhan kelima dan yang paling tinggi yaitu aktualisasi-diri.
Jadi prasyarat untuk mencapai aktualisai diri adalah memuaskan empat kebutuhan yang berada dalam tingkat yang lebih rendah. Keempat kebutuhan tersebut adalah:
1.      Kebutuhan-kebutuhan fisiologis
2.      Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman
3.      Kebutuhan-kebutuhan akan memiliki dan cinta
4.      Kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan-kebutuhan yang jelas terhadap makanan, air, udara, tidur, dan seks. Pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan ini sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia sehingga dikategorikan sebagai kebutuhan yang paling kuat. Apabila kebutuhan tersebut telah terpuaskan maka kebutuhan itu sudah tidak masuk lagi ke dalam daftar kebutuhan, sehingga kebutuhan fisiologis memainkan peran yang minimal dalam kehidupan.
Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan fisiologis mendorong manusia untuk mencapai tingkat kebutuhan selanjutnya, yaitu kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi kebutuhan-kebutuhan akan jaminan, stabilitas, perlindungan, ketertiban, bebas dari ketakutan dan kecemasan. Namun, pribadi-pribadi yang sehat tidak menekankan secara berlebihan kebutuhan jenis ini melainkan hanya memenuhinya secara secukupnya.
Kebutuhan selanjutnya setelah kebutuhan akan rasa aman terpenuhi adalah kebutuhan akan memiliki dan cinta. Pemenuhan kebutuhan ini adalah dengan membangun suatu hubungan akrab dan penuh perhatian dengan orang lain sehingga memberi dan menerima cinta berkedudukan sama pentingnya.
Apabila kebutuhan akan memiliki dan cinta berhasil dipuaskan maka manusia membutuhkan penghargaan, yakni penghargaan dari orang lain dan penghargaan terhadap diri sendiri. Penghargaan dari luar dapat berdasarkan reputasi, kekaguman, status, popularitas, prestise atau keberhasilan. Namun, penghargaan dari luar tak berarti jika manusia merasa rendah diri. Untuk mendapatkan penghargaan terhadap diri sendiri, manusia hendaknya mengenal diri mereka sendiri dan menilai secara objektif kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan diri.
Kebutuhan selanjutnya, yang paling tinggi adalah kebutuhan akan aktualisasi-diri. Aktualisasi-diri adalah perkembangan yang paling tinggi dan melibatkan semua potensi serta pemenuhan semua kualitas dan kapasitas manusia. Gagal terhadap pemenuhan kebutuhan ini menyebabkan manusia tidak akan berada dalam damai dengan dirinya dan tidak bisa disebut sehat secara psikologis.
Kelima tingkat kebutuhan tersebut di atas merupakan tingkat pertama dari dua tingkat kebutuhan yang beroperasi menurut Maslow. Kebutuhan-kebutuhan tingkat kedua, juga yang dibawa sejak lahir, adalah kebutuhan untuk mengetahui dan untuk memahami. Biasanya pada anak-anak persaaan ingin tahu lebih besar, daripada untuk memahami.
Orang yang sehat akan terus-menerus ingin tahu tentang dunianya. Mereka ingin menganalisa dan mengembangkan kerangka untuk memahami dunianya. Kegagalan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan mengakibatkan kekecewaan. Sedangkan kepribadian yang memiliki sedikit persaaan ingin tahu tidak mungkin terlibat dalam kehidupan. Semangat hidupnya pun kurang. Mereka tidak mungkin menjadi orang yang mengaktualisasi-diri, apabila tidak memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Jika individu tidak mengetahui dan memahami dunia sekitarnya, maka individu tidak dapat berinteraksi dengan sekitarnya secara efektif untuk mencapai jaminan, cinta, penghargaan dan pemenuhan.
Maslow berpendapat bahwa apabila manusia dapat melepaskan potensi itu, maka semua dapat mencapai keadaan eksistensi yang ideal yang ditemukannya dalam orang-orangnya yang mengaktualisasikan-diri.

Prabowo, Hendro. 2008. Pengantar Psikologi Transpersonal. Jakarta: tidak diterbitkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar